Informasi Seputar Dunia Pendidikan

10 Tanda Kamu Orang yang Berpikiran Negatif, Tetapi Gak Selalu Sadar


Inilah, 10 Tanda Kamu Orang yang Berpikiran Negatif, Tetapi Gak Selalu Sadar

1. Kamu merasa orang-orang di sekitarmu itu tidak ada yang kompeten atau bisa diandalkan.

Baik ketika dalam situasi kerja ataupun rumah tangga, saya sering mendengar komentar-komentar seperti “Goblok banget sih gitu aja gak bisa” atau “Kenapa sih selalu nyusahin gue aja.” Yang kita tidak sadari, ketika kita percaya bahwa orang-orang di sekitar kita itu tidak kompeten, maka mereka akan semakin tidak kompeten. Dan kepercayaan ini termasuk limiting belief, yang menjadikan kita berfikiran negatif karena secara tidak sadar kita sedang menyalahkan orang lain.

2. Kamu mudah sakit hati atau tersinggung.

Mengapa ini menjadi negatif? Karena ketika kita merasa sakit hati itu kita merasa bahwa kita benar dan orang lain itu salah. Kata kuncinya ada di “rasa” karena belum tentu juga. Dimana ini disebabkan karena pikiran-pikiran negatif yang kita miliki terhadap orang lain. Akhirnya kita suka terbawa untuk membela diri “ya tapi kan…..” Stop it. Setiap kita membela diri itu malah kita terlihat semakin salah dan semakin negatif.

3. Kamu selalu merasa dirugikan. Seringkali hal-hal yang terjadi itu tidak adil.

“Kenapa sih semuanya yang bagus-bagus di kasih ke dia? Aku ga pernah di kasih.”
“Kenapa sih hidup itu sangat tidak adil ke gue?”
“Kenapa sih gue selalu direpotkan? Orang lain gak pernah.”
“Tuh kan, gue yakin banget dia yang dipilih. Emang dia anak emas.”
Apapun itu. Merasakan ketidak-adilan itu secara tidak langsung merasa iri atau sirik, dan itu adalah negatif.

4. Kamu sering pusing (atau sakit).

bisa juga karena dehidrasi siiih. Pusing karena memikirkan semua hal yang negatif. Tahukah kamu bahwa kebanyakan penyakit itu adalah manifestasi pikiran-pikiran negatif?

Saya pun sadar setiap kali maag saya kumat, itu pasti saya sedang stress tapi gak sadar. Teman saya saking stressnya (walau gak sadar juga) kena penyakit kulit. Padahal kita tidak merasa sedang memikirkan hal-hal yang negatif.

5. Kamu merasa tidak ada atau tidak banyak yang bisa memahami kamu.

Kamu merasa sendiri. Kamu merasa teman-teman kamu pun sulit memahami kamu.

Mengapa ini negatif? Karena di sini artinya kita tidak bisa berempati terhadap orang lain, malah keinginan tinggi untuk dipahami.  Ini fase egois saja, ingin merasa diperhatikan.

6. Kamu merasa orang-orang di sekitarmu yang harus berubah.

“Kenapa sih dia selalu begitu?”
“Tuh kan gue tau banget kelakuannya pasti kan salah.”

Suatu hari Si A bingung sekali kenapa pembantu-pembantunya dia itu tidak ada yang betah kerja untuk dia. Dia selalu bertanya “Kenapa sih pembantu-pembantu jaman sekarang itu gak ada yang loyal?” Pertanyaan itu tidak salah. Hanya tidak memberikan jawaban yang benar juga. Karena kalau ngobrol ke pembantunya, Si A ini yang galaknya minta ampun sampai pembantu-pembantu itu gak betah. Tapi sayangnya dia tidak merasa bahwa dia galak.

Bukan diri kita sendiri yang mesti berubah, tetapi orang-orang di sekitar kita. Kan mereka yang membawa masalah, mengapa gue yang mesti berubah? Di sini kita terjebak gak mau atau gak bisa ngaca. Selalu orang lain yang salah dan bukan kita.

7. Kamu sulit melihat hal-hal baik yang terjadi untuk kamu syukuri.

Saya pernah bertanya kepada teman apa 3 hal yang bisa Ia syukuri hari itu, Ia tidak bisa menjawab. Satu pun juga tidak bisa. Tetapi Ia bisa memberitahukan 10 kejadian jelek yang terjadi di hari itu. Wow. Dan Ia pun tidak sadar bahwa Ia negatif.

Saya belajar untuk menyebutkan 10 hal yang saya syukuri di hari itu setiap hari sebelum tidur. Jangan sampai ya Tuhaaaan, saya terjebak tidak bisa melihat lagi hal-hal kecil yang patut disyukuri. Seperti, saya bersyukur masih diberi waktu untuk menuliskan tulisan ini. Amin.

8. Kamu tidak suka diberi masukan, ataupun kritikan.

Ketika kita merasa setiap masukan dan kritikan itu serangan pribadi ke diri kita. Like the world is against us. Dulu saya pernah drama, diberikan masukan, trus malah melarikan diri dari restoran tempat kita makan. Karena saya merasa “dia aja ga tahu apa yang saya alami kok berani-beraninya kasih masukan.” Hihihi. Drama banget  deh gue ih.

Memang, seringkali masukan atau kritikan itu menyakitkan. Ketika itu menyakitkan, artinya memang ego kita sendiri yang sedang terserang. Ah, berarti bukankah ini pembelajaran untuk kerendahan hati?

9. Kamu merasa orang-orang yang terlihat bahagia itu semuanya berpura-pura saja. Fake. Ga genuine.

Mungkin karena “misery loves company” — bahwa orang-orang yang sedang sengsara senang saja dikelilingi orang-orang yang sengsara juga. Jadi rasanya sulit melihat orang lain bahagia. Ada masa-masa dimana saya tidak mau memantau timeline social media, karena saya gak kuat melihat betapa indahnya kehidupan orang lain. Padahal, belum tentu sesungguhnya seperti itu juga kan?

Sekarang, setiap kali melihat orang-orang yang bahagia, dibandingin saya galau sendiri lalu iri, saya dalam hati mengatakan “God Bless You” ke orang-orang tersebut. Terlepas dari mereka itu beneran bahagia atau bukan itu bukan urusan saya. Tugas saya cuma satu, tidak iri ketika orang lain bahagia, sehingga kebahagiaan itu bisa datang ke saya juga.

10. Kamu sering merasa frustrasi, seperti tidak ada lagi yang bisa kamu lakukan.

Frustrasi karena barang ketinggalan. Frustrasi karena teman telat. Frustrasi karena macet. Frustrasi karena ga ada yang berubah. Frustrasi tentang apapun.

Hihihi, ini dulu saya banget. Terlebih karena saya itu orangnya sangat menghargai waktu, proses dan kualitas. Yang saya akhirnya sadari adalah frustrasi itu menjadi negatif karena membawa energi marah. Dan kalau terus-terusan ya tentunya negatif.
Share:

Labels